Presiden Prabowo Subianto mengundang investor asing dari negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa, dan Timur Tengah untuk ikut serta dalam proyek nasional Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa di Pantai Utara Jawa.
Ajakan ini disampaikan oleh Prabowo dalam pidatonya saat menutup Konferensi Internasional Infrastruktur 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (12/6/2025).
“Kita terbuka bagi perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa, dan Timur Tengah. Yang mau ikut, silakan. Tapi kita tidak menunggu, kita akan menggunakan kekuatan kita sendiri,”
kata Prabowo.
Dia menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk memulai proyek strategis nasional Tanggul Laut Raksasa Pantai Utara Jawa yang menjadi salah satu infrastruktur vital untuk mengatasi ancaman rob dan perubahan iklim ekstrem.
“Saya ingin emphasize, saya ingin menggarisbawahi, ini adalah salah satu proyek infrastruktur yang sangat strategis, sangat vital. Bagi kita, ini merupakan suatu mega projek, tapi harus kita laksanakan adalah Giant Sea Wall, Tanggul Laut Raksasa Pantai Utara Jawa,”
ungkapnya.
Proyek ini, yang direncanakan sepanjang 500 kilometer dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur, telah didiskusikan sejak 1995. Anggaran pembangunan diperkirakan mencapai US$ 80 miliar, sementara tahap awal di Teluk Jakarta diperkirakan akan berlangsung selama 8 hingga 10 tahun.
“Kalau sampai ke Jawa Timur mungkin membutuhkan waktu 20 tahun, 15 sampai 20 tahun. Tidak ada masalah. Ada pepatah kuno, perjalanan 1.000 km dimulai oleh satu langkah. Kita akan segera memulai itu,”
tambah Prabowo.
Prabowo menyatakan bahwa langkah awal proyek besar ini adalah membentuk lembaga khusus bernama Badan Otorita Tanggul Laut Pantai Utara Jawa, yang akan menciptakan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, terutama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendukung pendanaan proyek tahap awal di Teluk Jakarta.
“Khusus Teluk Jakarta kemungkinan biayanya US$ 8-10 miliar. Kalau dana US$ 8-10 miliar, saya kira kita sendiri mampu. Saya sudah bertemu Gubernur DKI dan saya sudah mengirim utusan. Saya bilang, DKI harus urunan dengan Pemerintah Pusat. Jadi kalau US$ 8 miliar katakanlah, pengerjaannya 8 tahun berarti US$ 1 miliar setiap tahun. Menteri Keuangan sudah kelihatan tegang melihat. Tenang Bu, DKI nyumbang. Jadi DKI setengah dan Pemerintah Pusat setengahnya,”
jelas Prabowo.