RI dan Turki kembali menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi industri yang berfungsi sebagai pilar utama bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara. Hal ini diwujudkan melalui penyusunan peta jalan (roadmap) untuk kerja sama industri yang lebih strategis dan menyeluruh.
”Indonesia akan segera menyusun roadmap kerja sama industri Indonesia Turki sebagai panduan strategis untuk memperkuat kolaborasi jangka panjang di berbagai sektor,”
ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberikan keterangan di Jakarta, Senin.
Saat Menperin Agus Gumiwang bertemu dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih Kacir, di ajang 12th Annual Teknofest Aerospace and Technology Festival di Istanbul, kedua belah pihak sepakat untuk menciptakan roadmap tersebut. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari kerja sama intensif yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir. Beberapa perusahaan besar dari Turki, seperti Sanko Holding dan Arcelik, telah menunjukkan ketertarikan untuk berinvestasi di Indonesia, yang dapat membuka berbagai peluang baru bagi kedua negara.
Sanko Holding, misalnya, telah memulai investasi dalam budidaya tuna di Biak, Papua. Ada harapan bahwa mereka akan memperluas investasi ke sektor hilirisasi dan industri pendukung lainnya, termasuk energi terbarukan. Sementara itu, Kordsa yang beroperasi di Bogor memproduksi bahan baku ban dan tengah mengembangkan penelitian material komposit untuk ekspor. Di sisi lain, Arcelik telah bekerja sama dengan mitra lokal untuk memproduksi mesin cuci di Indonesia dan berencana memperluas produksinya. Menperin mengapresiasi langkah-langkah ini dan berharap kerja sama dapat terus berlanjut.
“Momentum kerja sama Indonesia dan Turki juga diperkuat melalui pertemuan High-Level Strategic Cooperation Council (HLSC) pada Februari 2025, ketika Presiden RI dan Presiden Turki menandatangani Joint Statement memperingati 75 tahun hubungan diplomatik,”
kata Menperin.
Hasil dari pertemuan tersebut adalah ditandatanganinya 12 nota kesepahaman yang meliputi berbagai sektor seperti industri pertahanan, energi, dan pendidikan tinggi. Ada kesepakatan untuk membentuk Joint Committee for Industrial Cooperation yang fokus pada 14 sektor strategis, termasuk kendaraan listrik dan industri halal.
“Selain itu, terdapat 10 kesepakatan antarperusahaan, seperti kerja sama antara Pertamina Hulu Energi dan TPAO di sektor migas, kerja sama PT PAL Indonesia dengan TAIS Shipyard untuk pembangunan frigat kelas Istanbul, hingga joint venture antara perusahaan Indonesia dengan Baykar dan Roketsan untuk pendirian fasilitas produksi drone tempur,”
kata dia.
Pada April 2025, Presiden RI Prabowo Subianto kembali mengunjungi Turki untuk membahas investasi di sektor strategis seperti baterai kendaraan listrik. Kunjungan ini juga menghasilkan kesepakatan kerja sama dalam produksi vaksin dan pengembangan teknologi militer. Dalam bidang bisnis, perusahaan Indonesia seperti Asia Pacific Rayon mencapai kesepakatan untuk mengekspor serat viscose ke Turki. Agenda-agenda ini diharapkan akan semakin memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Turki.